JURNALIS SABILILLAH –
Kasus Covid-19 yang meningkat menyebabkan kegiatan pembelajaran tatap muka
(PTM) di Kota Malang harus dihentikan sementara. Seluruh sekolah melaksanakan
kegiatan pembelajaran daring 100 persen. Termasuk di Sekolah Sabilillah,
kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring. Festival dan Lomba Olahrga
dan Seni Sabilillah (FLOSS) yang merupakan agenda rutin Sekolah Islam
Sabilillah Malang (SISMA) juga ikut dilaksanakan secara daring.
FLOSS
merupakan ajang unjuk kompetensi yang bertujuan sebagai wadah mengasah kreasi
dan potensi siswa di bidang olah raga dan seni untuk meningkatkan motivasi
berprestasi dalam pengembangan bakat serta penjaringan bibit unggul. Para juara
nantinya akan menjadi perwakilan sekolah di ajang kompetisi olahraga maupun
seni di tingkat nasional maupun internasional.
Sebelumnya,
pihak sekolah telah merencanakan kegiatan FLOSS yang akan dilaksanakan secara
luring. Namun, merujuk pada keputusan Dinas Pendidikan Kota Malang maka
kegiatan inipun dilaksanakan secara daring.
Kegiatan
dibuka dengan opening ceremony yang dilakukan secara daring via Zoom. Dibuka
langsung oleh Direktur LPI Sabilillah Malang, Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal,
M.Pd, FLOSS 2022 dimulai sejak Sabtu (19/2). Acara dimeriahkan oleh penampilan
yang penuh talaenta oleh para siswa Sekolah Sabilillah.
Tahun
ini menjadi tahun kedua untuk SISMA dalam menyelenggarakan kegiatan FLOSS
secara daring. Tentunya, hal ini merupakan sesuatu yang masih baru dan butuh
pembiasaan. Menurut Koordinator Bidang Ekstra SMP Islam Sabilillah Malang, Nur
Laily Fauziah, bahwa kegiatan FLOSS yang dilaksanakan secara daring dan luring
jelas memiliki banyak perbedaan.
“Ketika
daring, disini ananda diharuskan membuat karya atau pun mendokumentasikan
materi yang diujikan dalam kegiatan FLOSS,” tuturnya.
Untuk
bidang olahraga, peserta diminta mempraktikkan teknik-teknik yang sudah
dipelajari dalam di setiap cabang ekstra olahraga. Terkecuali catur, peserta
catur nantinya akan bertanding secara online. Sedangkan untuk bidang
seni, para peserta membuat karya atau mendokumentasikan pengerjaan karyanya
sesuai cabang esktra masing-masing.
“Kalau
FLOSS offline itu kan, bisa terinspirasi dari karya orang lain, terus
melihat contoh, nyusun strategi dulu dari liat orang lain. Kalau online ya
semua serba sendiri lah ya, ribet juga, ini disuruh ngapain? Belum lagi
magernya,” tutur Feyza Aila Yahya, siswi kelas VII yang dulunya juga pernah
mengikuti kegiatan FLOSS secara luring saat SD.
Sedangkan,
menurut Ramazan Agastya Darma yang merupakan peserta FLOSS dari cabang sepak
bola dan teater, ia merasa bahwa FLOSS luring akan lebih efektif dibandingkan
dengan FLOSS daring.
“Untuk
beberapa ekskul efektif, tapi untuk beberapa lainnya enggak. Terutama ekskul
olahraga,” ucapnya.
0 Komentar